Cara tumbuhan berkomunikasi.
Tumbuhan sudah sejak lama diketahui dapat berkomunikasi dengan sesama tumbuhan maupun dengan hewan seperti serangga. Diperkirakan sejak 1980 an manusia sudah mulai mengetahui tumbuhan dapat berkomunikasi. Seperti halnya komunikasi manusia dengan manusia atau manusia dengan hewan seperti anjing ataupun kucing. Tentu jenis komunikasi sesama spesies dan antar spesies atau beda jenis akan berbeda. Komunikasi manusia dengan manusia mungkin tidak jauh lebih kompleks dibandingkan dengan tumbuhan karena komunikasi yang dilakukan tumbuhan sifatnya rahasia (sulit diketahui) tidak terdengar atau terlihat.
Tumbuhan berkomunikasi dengan serangga atau sesama tumbuhan lain memiliki tujuan tertentu. Salah satu tujuanya adalah untuk mempertahankan diri mereka terhadap cekaman-cekaman yang ada. Cekaman tersebut khususnya dari faktor lingkungan, baik abiotik seperti cekaman kekeringan, genangan dan kekurangan unsur hara dalam tanah, maupun lingkungan biotik seperti gangguan dari serangga herbivora (pemakan tumbuhan) dan beberapa organisme pengganggu tumbuhan lainya. Tumbuhan dapat berkomunikasi antar tumbuhan dengan menggunakan senyawa organik volatil (VOCs) yaitu senyawa kimia tertentu yang mudah menguap, dihasilkan dari proses metabolisme tumbuhan. Tidak hanya tumbuhan saja yang dapat menangkap sinyal dari senyawa tersebut, melainkan musuh alami dari herbivora (pemakan tumbuhan) yang sedang mencari makan. Musuh alami herbivora tersebut merupakan serangga yang berperan sebagi predator ataupun parasitoid (serangga yang memparasit serangga).
Tumbuhan dapat mengeluarkan senyawa
organik yang mudah menguap disebabkan karena adanya induksi dari serangan
serangga pemakan tumbuhan. Senyawa tersebut bernama HIPVs (Herbivor Induced Plant Volatils). Jika dianalogikan kedalam
kehidupan manusia, maka seperti halnya manusia yang sedang meminta pertolongan
dan memberikan himbauan bahaya pada keadaan atau kejadian tertentu. Manusia
sebagai tumbuhan dan imbauan dalam bentuk suara ataupun gerakan manusia sebagai
HIPVs, yang menangkap respon manusia lain ataupun pihak lain yang diminta
bantuan. Manusia yang mendengar imbauan bahaya tersebut, akan bereaksi untuk
menolong ataupun menjaga dirinya sendiri agar dapat terhindara dari bahaya, hal
tersebut ternyata hampir sama dengan skema komunikasi tumbuhan dengan ekosistem
sekitar.
VOCs (Volatil Organic Compounds) akan sampai ke tumbuhan lain atau ke
musuh alami melalui udara, sedangkan komunikasi lainya juga dapat dilakukan
melalui tanah . Cara VOCs diterima ketumbuhan lain/serangga karnivora ternyata sedang
diteliti oleh banyak peneliti di seluruh dunia. Salah satunya dirangkum oleh
James D. Blande, seorang peneliti dari Finlandia yang mengemukakan terkait terganggunya
komunikasi tumbuhan dengan serangga karena polusi udara. James merangkum
penelitian-penelitian terkini dari berbagai belahan dunia, salah satunya
menyebutkan bahwa polusi udara fitotoksik seperti ozon (O3) dapat
mengganggu penerimaan sinyal komunikasi dari tumbuhan. Bukan hanya peneliti
dari Finlandia yang memperhatikan fenomena tersebut, melainkan penelti dari
Jepang yaitu Noboru Masui dan kawan-kawan menyebutkan bahwa yang menjadi
pengganggu diterimanya sinyal komunikasi di udara tidak hanya ozon melainkan
NH3 (Ammonia) dan OH (Hidroksida).
Dampak Polusi Udara pada Proses Komunikasi Tumbuhan dengan Serangga:
Dampak polusi udara terhadap Sumber pengirim sinyal. Paparan polusi udara seperti O3 yang tinggi dilaporkan dapat mengakibatkan terhambatnya sintesis dan akumulasi klorofil. Klorofil merupakan satu-satunya alat yang hanya dimiliki oleh tumbuhan. Alat tersebut yang menjadikan posisi tumbuan dalam rantai makanan sebagai produsen. Fungsinya sebagai tiang utama dalam metabolisme, yaitu untuk menghasilkan energi. Adanya polusi ozon yang selama 20 tahun terakhir meningkat, berdampak kepada penurunan produksi senyawa tumbuhan (VOCs) untuk berkomunikasi.
Dampak polusi udara terhadap media pembawa
sinyal komunikasi. Dampak
secara langsung yang dirasakan oleh pembawa media komunikasi adalah terjadinya
delusi (penipuan). Pertemuan antara VOCs dengan Ozon akan menjadikan senyawa
komunikasi berubah dan tidak dapat ditangkap oleh penerima informasi. Dampak
tidak langsungnya adalah terganggunya media yang membawa sinyal komunikasi,
yaitu udara/angin. Sinyal komunikasi akan terganggu jika terdapat gangguan dari
suhu, cuaca ataupun kelembaban yang ekstrim. Polusi udara terbukti telah
mengakibatkan beragam masalah seperti perubahan iklim yang ekstrem, suhu yang terlalu tinggi dan dapat
menimbulkan badai. Analogi komunikasinya sama dengan komunikasi yang sering
digunakan manusia yaitu sinyal mobilephone atau internet. Sinyal akan sulit
ditangkap bahkan sinyal dapat hilang apabila banyak gangguan seperti listrik
mati, hujan lebat, angin kencang/badai dan lain sebagainya.
Dampak polusi udara terhadap penerima sinyal komunikasi. Serangga penerima sinyal komunikasi
adalah serangga yang berperan sebagi musuh alami, contohnya predator dan
parasitoid. Selain terganggunya produsen sinyal komunikasi(Tumbuhan) dan media
pembawa sinyal (udara/angin), ternyata berimbas juga terhadap penerima
informasi. Dilaporkan bahwa serangga penerima informasi (musuh alami) ketika mendeteksi
isyarat volatil, melalui “neuron reseptor penciuman” yang ada di antena serngga
terganggu dengan adanya polusi udara. Bukan hanya reseptor untuk menerima
sinyal yang terganggu, melainkan dari segi kelangsungan hidup musuh alami juga lebih
rendah ketika peningkatan kadar O3 di udara tinggi. Sama halnya
dengan mobile phone yang menerima sinyal, selaian sinyalnya yang bagus, alat
penerimanya juga harus dalam keadaan normal, dan tidak rusak. Ketika
mobilephone/alat enerima sinyal rusak maka akan berimbas kepada sinyal tidak dapat
diterima dengan baik.
Terhambatnya musuh alami dalam proses pencarian makan.
Polusi udara amat berbahaya. Jika menelaah lebih dalam polusi
udara akan sangat berdampak luar biasa bagi kehidupan organisme di bumi, tidak
hanya terhadap tumbuhan dan serangga melainkan manusia dan organisme lainya.
Penelitian yang telah diungkapkan hanyalah sebagian dari efek polusi udara pada
tumbuhan dan serangga, namun jika kehidupan tumbuhan terganggu, manusia sebagai
konsumen dalam rantai makanan yang tidak dapat memproduksi makananya sendiri
juga akan terancam kelangsungan hidupnya. Manusia yang memiliki akal sehat
serta dapat mengembangkan teknologi, sudah sepantasnya berusaha untuk menjaga
bumi ini, salah satunya adala dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
Referensi :
No comments:
Post a Comment