Wednesday, March 11, 2020

Program Sosialisasi Pentingnya Tanaman Refugia dan Praktik Penanaman Tanaman Refugia di Desa Pulosari

Trawang Taslimatul Khasanah1 Larasati Septendita2 Norman Wijaya3 Lola Aprilia4 Faiza Putri Muzakki5 Indi Purwandari6 Salsabila Zaahidah7 Ezra mahesti Anggraeni Putri Kiuk8 Swedha Maulana9


Praktik Penanaman Refugia di Pinggir Sawah

Desa Pulosari merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Desa Pulosari tepatnya terletak 3,4 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 14,2 km dari pusat pemerintahan kota/ibukota kabupaten dan 116,5 km dari ibukota provinsi. Desa Pulosari terdiri dari 5 dusun yang terbagi menjadi 10 dukuh. Luas wilayah Desa Pulosari adalah 314,8825 Ha yang didominasi dengan lahan pertanian yang cukup luas. Hal tersebut menjadikan mayoritas penduduk di Desa Pulosari yang berjumlah 5.166 jiwa bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Tanaman padi merupakan tanaman yang umumnya dijadikan untuk bercocok tanam oleh para petani di desa ini.

Desa Pulosari memiliki sektor pertanian khususnya tanaman padi yang cukup maju.  Pengadaan berbagai macam teknologi pertanian juga sudah pernah dilakukan, mulai dari pengaplikasian Transplantter sampai proyek penanaman tanaman refugia. Sebagian besar petani memiliki kebiasaan menggunakan pestisida berlebih. 

Penggunaan pestisida oleh petani merupakan bentuk adaptasi petani padi terhadap perubahan iklim, baik pada musim kering maupun basah, yang juga berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan usahatani (Yuantari et al., 2015). Padahal, penggunaan pestisida kimiawi yang tidak tepat, dapat memberikan dampak negative terhadap petani, konsumen, lingkungan, dan organisme non-target (Zaenun et al., 2017). Sehingga pada saat musim panen tiba, terdapat beberapa padi yang gagal panen.

Dari keadaan tersebut, maka perlu adanya pemahaman petani mengenai penggunaan pestisida yang tepat. Penggunaan pestisida yang tepat dapat diterapkan melalui pemahaman pengendalian hama terpadu, dan salah satu bentuk pengendalian hama terpadu tersebut adalah konservasi musuh alami melalui tanaman refugia. Tanaman refugia hadir sebagai bentuk solusi ramah lingkungan dalam pencegahan hama dan penyakit tanaman padi.

Tanaman refugia merupakan sarana konservasi musuh alami hama tanaman. Musuh alami akan memanfaatkan tanaman refugia sebagai tempat berlindung, tempat tinggal sementara, dan juga penyedia makanan melalui pollen atau serbuk sari bunga (Amanda, 2017). Melalui kegiatan sosialisasi pentingnya tanaman refugia dan praktek langsung dilapangan, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman petani, mengenai bahaya penggunaan pestisida berlebih, macam-macam tanaman yang bisa dijadikan refugia dan lokasi yang tepat untuk menanam tanaman refugia.


Pemaparan Materi Oleh Dosen FP UNS (Dr. Ir.Subagiya, M.P.)

    Program Sosialisasi Pentingnya Tanaman Refugia dan Praktik Penanaman Tanaman Refugia diikuti oleh para petani dan anggota Karang Taruna Dukuh Manggis di Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Program tersebut diawali dengan melakukan praktik menanam tanaman refugia di sepanjang jalan sawah Dukuh Manggis pada tanggal 16 Februari 2020 dan keesokan harinya, yaitu pada tanggal 17 Februari 2020, para petani mendapat sosialisasi dari empat dosen Fakultas Pertanian Spesialis Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Sebelas Maret mengenai tanaman refugia yang dapat menjadi salah satu alternatif pengendalian hama. 

    Indikator keberhasilan dari pelaksanaan program Sosialisasi Pentingnya Tanaman Refugia dan Praktik Penanaman Tanaman Refugia dapat dilihat dari antusiasme para petani di Desa Pulosari untuk mengikuti kegiatan sosialisasi dan penanaman refugia, meningkatnya pemahaman para petani mengenai tanaman refugia sebagai tanaman pengendali hama, hingga kesadaran para petani untuk mulai menanam refugia. 

Terkait dengan kegiatan sosialisasi pentingnya tanaman refugia, secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait tanaman refugia kepada para peserta. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa petani, terdapat perubahan sebelum dan setelah menerima program sosialisasi dan penanaman. Sebelum menerima program sosialisasi para petani cenderung menggunakan pestisida untuk membasmi hama, kemudian setelah para petani mengikuti sosialisasi dan penanaman, petani mulai mengenal istilah tanaman refugia dan terdapat beberapa petani yang mulai menanam refugia sebagai alternatif untuk mengusir hama. 


Tanya Jawab Seputar Tanaman Refugia

Menurut Amanda (2017), modifikasi lahan pada sistem tanam polikultur padi - refugia dapat dilakukan melalui intercropping, strip cropping, alley cropping, menanam tanaman pinggiran (hedgerows), menanam di tengah lahan pertanaman sebagai "pulau bunga" atau insectary plant, menanam beetle bank, menanam tumbuhan mulsa hidup atau tanaman penutup tanah (cover crop). Pada kegiatan praktik menanam refugia yang dilakukan pada tanggal 16 Februari 2020, digunakan teknik menanam tanaman pinggiran (hedgerows). 

Seluruh tanaman refugia ditanam di pinggiran beberapa sawah yang terletak di Dukuh Manggis. Tanaman-tanaman tersebut antara lain: bunga matahari, marigold, kenikir, dan bunga kertas. Berdasarkan penelitian Ningrum, Erdiansyah, dan Damanhuri (2018), diketahui bahwa jumlah musuh alami pada tanaman padi yang tidak ditanami refugia (marigold) lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi yang ditanami refugia (marigold) dan populasi hama yang teridentifikasi jauh lebih banyak. 

Begitu juga dengan penelitian Sakir dan Desinta (2018) yang membuktikan bahwa tanaman-tanaman seperti bunga matahari, kenikir, dan bunga kertas efektif menurunkan jumlah hama dan meningkatkan jumlah musuh alami yang bermanfaat untuk tanaman padi. Bahkan, hasil produksi pun dapat meningkat sebesar 15,1%. Di samping itu, dengan adanya refugia, keindahan bunga-bunga yang mekar membingkai areal hijau persawahan juga dapat menarik wisatawan untuk berdatangan. 

Hasil yang didapatkan dari penanaman refugia di Desa Pulosari mungkin belum sepenuhnya terlihat, mengingat tanaman refugia membutuhkan waktu cukup lama untuk tumbuh sehingga otomatis membutuhkan waktu yang lama pula untuk melihat apakah hama tanaman padi yang ada di sekitar refugia lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi yang tidak ditanami refugia. Akan tetapi, diharapkan efek yang dihasilkan oleh tanaman refugia yang ditanam di Dukuh Manggis kurang lebih sama seperti penelitian-penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Satu-satunya hasil dari penanaman refugia yang mulai terlihat pada akhir kegiatan pengabdian adalah semakin indahnya pemandangan sawah di Dukuh Manggis berkat warna-warni tanaman refugia.

    Kesimpulan
Sosialisasi dengan tema pentingnya tanaman refugia yang dilaksanakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman petani. Beberapa petani setelah menerima sosialisasi ini mejadi lebih mengutamakan membasmi hama dengan menanam tanaman refugia. Disamping itu, ada juga praktik penanaman refugia dengan teknik menanam tanaman pinggiran (hedgerows), yang ditanam di pinggiran beberapa sawah di Dukuh Manggis. Efek yang terlihat yaitu setelah penanaman, beberapa refugia tumbuh bunganya dan mekar dengan baik.


Foto Bersama di Akhir Acara



Daftar Pustaka
  Ningrum, D.R.K., Erdiansyah, I., & Damanhuri. (2018). Pemanfaatan Tanaman Bunga Marigold dan Kacang Hias Terhadap Populasi Arthropoda pada Tanaman Padi Sawah. Agriprima, 2(2), 117-125. doi: 10.25047/agriprima.v2i2.91
  Sakir, I.M dan Desinta, D. (2018). Pemanfaatan Refugia dalam Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Lahan Suboptimal, 7(1), 97-105. doi: 10.33230/JLSO.7.1.2018.367

DOKUMENTASI







2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete