Trawang Taslimatul
Khasanah1 Larasati Septendita2 Norman Wijaya3
Lola Aprilia4 Faiza Putri Muzakki5 Indi Purwandari6
Salsabila Zaahidah7 Ezra mahesti Anggraeni Putri Kiuk8 Swedha
Maulana9
Praktik Penanaman Refugia di Pinggir Sawah |
Desa Pulosari merupakan desa yang berada di wilayah
Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Desa Pulosari tepatnya terletak
3,4 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 14,2 km dari pusat pemerintahan
kota/ibukota kabupaten dan 116,5 km dari ibukota provinsi. Desa Pulosari
terdiri dari 5 dusun yang terbagi menjadi 10 dukuh. Luas wilayah Desa Pulosari
adalah 314,8825 Ha yang didominasi dengan lahan pertanian yang cukup luas. Hal
tersebut menjadikan mayoritas penduduk di Desa Pulosari yang berjumlah 5.166
jiwa bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Tanaman padi merupakan tanaman yang umumnya dijadikan untuk bercocok tanam
oleh para petani di desa ini.
Desa Pulosari memiliki sektor pertanian
khususnya tanaman padi yang cukup maju.
Pengadaan berbagai macam teknologi pertanian juga sudah pernah
dilakukan, mulai dari pengaplikasian Transplantter
sampai proyek penanaman tanaman refugia. Sebagian besar petani memiliki
kebiasaan menggunakan pestisida berlebih.
Penggunaan pestisida oleh petani merupakan
bentuk adaptasi petani padi terhadap perubahan iklim, baik pada musim kering
maupun basah, yang juga berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan usahatani
(Yuantari et al., 2015). Padahal, penggunaan pestisida kimiawi yang
tidak tepat, dapat memberikan dampak negative terhadap petani, konsumen,
lingkungan, dan organisme non-target (Zaenun
et al., 2017). Sehingga pada saat musim panen tiba,
terdapat beberapa padi yang gagal panen.
Dari keadaan tersebut, maka perlu
adanya pemahaman petani mengenai penggunaan pestisida yang tepat. Penggunaan
pestisida yang tepat dapat diterapkan melalui pemahaman pengendalian hama
terpadu, dan salah satu bentuk pengendalian hama terpadu tersebut adalah
konservasi musuh alami melalui tanaman refugia. Tanaman refugia hadir sebagai
bentuk solusi ramah lingkungan dalam pencegahan hama dan penyakit tanaman padi.
Tanaman refugia merupakan sarana konservasi
musuh alami hama tanaman. Musuh alami akan memanfaatkan tanaman refugia sebagai
tempat berlindung, tempat tinggal sementara, dan juga penyedia makanan melalui
pollen atau serbuk sari bunga (Amanda, 2017). Melalui kegiatan sosialisasi
pentingnya tanaman refugia dan praktek langsung dilapangan, diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman petani, mengenai bahaya penggunaan pestisida berlebih,
macam-macam tanaman yang bisa dijadikan refugia dan lokasi yang tepat untuk
menanam tanaman refugia.
Pemaparan Materi Oleh Dosen FP UNS (Dr. Ir.Subagiya, M.P.) |
Program Sosialisasi Pentingnya Tanaman Refugia dan Praktik
Penanaman Tanaman Refugia diikuti oleh para petani dan anggota Karang Taruna
Dukuh Manggis di Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.
Program tersebut diawali dengan melakukan praktik menanam tanaman refugia di
sepanjang jalan sawah Dukuh Manggis pada tanggal 16 Februari 2020 dan keesokan
harinya, yaitu pada tanggal 17 Februari 2020, para petani mendapat sosialisasi
dari empat dosen Fakultas Pertanian Spesialis Hama dan Penyakit Tanaman
Universitas Sebelas Maret mengenai tanaman refugia yang dapat menjadi salah
satu alternatif pengendalian hama.
Indikator keberhasilan dari pelaksanaan
program Sosialisasi Pentingnya Tanaman Refugia dan Praktik Penanaman Tanaman
Refugia dapat dilihat dari antusiasme para petani di Desa Pulosari untuk
mengikuti kegiatan sosialisasi dan penanaman refugia, meningkatnya pemahaman
para petani mengenai tanaman refugia sebagai tanaman pengendali hama, hingga
kesadaran para petani untuk mulai menanam refugia.
Terkait dengan kegiatan sosialisasi pentingnya tanaman refugia, secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman terkait tanaman refugia kepada para peserta. Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan dengan beberapa petani,
terdapat perubahan sebelum dan setelah menerima program sosialisasi dan
penanaman. Sebelum menerima program sosialisasi para petani cenderung
menggunakan pestisida untuk membasmi hama, kemudian setelah para petani
mengikuti sosialisasi dan penanaman, petani mulai mengenal istilah tanaman
refugia dan terdapat beberapa petani yang mulai menanam refugia sebagai
alternatif untuk mengusir hama.
Tanya Jawab Seputar Tanaman Refugia |
Menurut Amanda (2017), modifikasi lahan pada sistem tanam
polikultur padi - refugia dapat dilakukan melalui intercropping, strip
cropping, alley cropping, menanam
tanaman pinggiran (hedgerows),
menanam di tengah lahan pertanaman sebagai "pulau bunga" atau insectary plant, menanam beetle bank, menanam tumbuhan mulsa
hidup atau tanaman penutup tanah (cover
crop). Pada kegiatan praktik menanam refugia yang dilakukan pada tanggal 16
Februari 2020, digunakan teknik menanam tanaman pinggiran (hedgerows).
Seluruh tanaman refugia ditanam di pinggiran beberapa
sawah yang terletak di Dukuh Manggis. Tanaman-tanaman tersebut antara lain:
bunga matahari, marigold, kenikir,
dan bunga kertas. Berdasarkan penelitian Ningrum, Erdiansyah, dan Damanhuri
(2018), diketahui bahwa jumlah musuh alami pada tanaman padi yang tidak
ditanami refugia (marigold) lebih
sedikit dibandingkan dengan tanaman padi yang ditanami refugia (marigold) dan populasi hama yang
teridentifikasi jauh lebih banyak.
Begitu juga dengan penelitian Sakir dan
Desinta (2018) yang membuktikan bahwa tanaman-tanaman seperti bunga matahari,
kenikir, dan bunga kertas efektif menurunkan jumlah hama dan meningkatkan
jumlah musuh alami yang bermanfaat untuk tanaman padi. Bahkan, hasil produksi
pun dapat meningkat sebesar 15,1%. Di samping itu, dengan adanya refugia,
keindahan bunga-bunga yang mekar membingkai areal hijau persawahan juga dapat
menarik wisatawan untuk berdatangan.
Hasil yang didapatkan dari penanaman
refugia di Desa Pulosari mungkin belum sepenuhnya terlihat, mengingat tanaman
refugia membutuhkan waktu cukup lama untuk tumbuh sehingga otomatis membutuhkan
waktu yang lama pula untuk melihat apakah hama tanaman padi yang ada di sekitar
refugia lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi yang tidak ditanami
refugia. Akan tetapi, diharapkan efek yang dihasilkan oleh tanaman refugia yang
ditanam di Dukuh Manggis kurang lebih sama seperti penelitian-penelitian yang
telah dijelaskan sebelumnya. Satu-satunya hasil dari penanaman refugia yang
mulai terlihat pada akhir kegiatan pengabdian adalah semakin indahnya
pemandangan sawah di Dukuh Manggis berkat warna-warni tanaman refugia.
Kesimpulan
Sosialisasi dengan tema pentingnya
tanaman refugia yang dilaksanakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
petani. Beberapa petani setelah menerima sosialisasi ini mejadi lebih
mengutamakan membasmi hama dengan menanam tanaman refugia. Disamping itu, ada
juga praktik penanaman refugia dengan teknik menanam tanaman pinggiran (hedgerows), yang ditanam di pinggiran
beberapa sawah di Dukuh Manggis. Efek yang terlihat yaitu setelah penanaman,
beberapa refugia tumbuh bunganya dan mekar dengan baik.
Daftar Pustaka
Amanda, U.D. (2017). Pemanfaatan Tanaman Refugia untuk
Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman Padi. Buletin IKATAN, 7(2), 29-45.
Diakses dari : https://www.researchgate.net/profile/Ulima_Darmania/publication/326846119_Pemanfaatan_Tanaman_Refugia_untuk_Mengendalikan_Hama_dan_Penyakit_Tanaman_Padi/links/5b69082092851ca650511ab9/Pemanfaatan-Tanaman-Refugia-untuk-Mengendalikan-Hama-dan-Penyakit-Tanaman-Padi.pdf?origin=publication_detail
Ningrum,
D.R.K., Erdiansyah, I., & Damanhuri. (2018). Pemanfaatan Tanaman Bunga Marigold dan Kacang Hias Terhadap Populasi
Arthropoda pada Tanaman Padi Sawah. Agriprima, 2(2), 117-125. doi: 10.25047/agriprima.v2i2.91
Sakir, I.M
dan Desinta, D. (2018). Pemanfaatan
Refugia dalam Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Berbasis Kearifan Lokal.
Jurnal Lahan Suboptimal, 7(1), 97-105. doi: 10.33230/JLSO.7.1.2018.367
DOKUMENTASI
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete