Tuesday, May 14, 2019

Pengendalian Hama Terpadu Kebun Kakao


PHT (Pengendalian Hama Terpadu) merupakan kombinasi berbagai macam pengendalian. Misalnya pengendalian fisik, mekanik, kimia, dan bilogi, maupun cultur teknis. 

PHT di perkebunan kakao merupakan kegiatan yang begitu penting, saking pentingnya dapat menjadikan kebun yang anda miliki bisa diwariskan ke anak cucu.

Sebenarnya masalah hama di tanaman kakao termasuk sedikit. Hama di tanaman kakao antara lain Helopeltis, si penusuk buah, kemudian penggerek batang, dan penggerek buah, dan terakhir ulat jengkal/ pemakan daun dan tupai. Hama bisa menjadi resisten. Artinya hama akan kebal dan tidak mati ketika disemprot dengan pestisida kimia. Mengapa hal itu bisa terjadi, hal tersebut terjadi disebabkan penggunaan pestisida kimia yang berlebih, misalnya serangga yang dikategorikan hama terlihat hanya sedikit, lalu langsung disemprot pestisida. Bisa juga penyemprotan pestisida yang dilakukan secara berkala tanpa dilakukan monitoring.

Nah di sinilah pentingnya pengendalian hama tanaman secara terpadu. titik sentral dari pengendalian terpadu adalah pengendalian yang menjadikan pemberian pestisida menjadi pilihan terakhir dan mengutamakan monitoring atau pengamatan hama secara berkala.

Nah di PPT dibawah bisa terlihat manfaat dari monitoring, yaitu sebagai bentuk/cara pengambilan keputusan pengendalian hama yang tepat.

serangga mati terkena jamur entomopatogen

Laba-Laba Musuh Alami Helopeltis
PHT sebenarnya tidak selalu diartikan sebagai pengendalian yang dipadukan antara berbagai macam pengendalian. Seperti perpaduan pengendalian mekanik, fisik, biologi dan kimawi. namun PHT dapat diartikan bagaimana cara kita untuk mengupayakan ekosistem tetap berimbang dengan pengaturan ekologi, juga bisa dilakukan penambahan tempat hidup musuh alami seperti tanaman berbunga ataupun gulma yang bermanfaat. Jadi setiap elemen organisme di dalam kebun tetap seimbang. Musuh alami yang terdiri dari predator, parasitoid, dan patogen hama akan bekerja dengan optimal mengurangi hama pada tanaman kakao.

Download PPT bisa disini
PPT EVALUASI PHT KEBUN INDUK POLIKLONAL KAKAO

Semut Rangrang musuh alami Helopeltis sp.



 

Thursday, April 25, 2019

Bentuk Tata Tanam Refugia untuk Meminimalisir Resistensi Hama Tanaman Padi



Salah satu bentuk konservasi ekologi sekitar pertanaman utama adalah dengan menanam tanaman refugia secara tumpang sari berbarengan tanaman utama. Banyak sekali manfaat dan kegunaan dari tanaman refugia, selain untuk diversitas organisme yang semakin tinggi, tanaman refugia ini juga bisa dimanfaatkan untuk pangan lalap seperti daun kenikir (Cosmos caudatus) atau tanaman refugia bunga matahari dimana bijinya bisa dimanfaatkan untuk makanan "Kwuaci". Pertanaman yang ditumpangsarikan dengan refugia juga bisa dijadikan sebagai lahan edukasi dan agrowisata.

beberapa bentuk tata tanam refugia yang bisa diaplikasikan 

Bentuk tersebut diadopsi dari refugia pada tanaman transgenik Bt...
Tanaman refugia tidak hanya merupakan tanaman yang berbunga melaikan tanaman sejenis dengan varietas juga merupakan tanaman refugia yang biasa diaplikasikan pada pertanaman tanaman transgenik.
untuk keterangan yang merupakan refugia disini adalah varietas yang rentan, inovasi lainya bisa digantkan dengan bunga matahari, Cosmos caudatus dan Orok orok (Crotalaria juncea).

Monday, March 4, 2019

BIOTEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN


BIOTEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN
DETEKSI DINI PATOGEN TUMBUHAN BERBASIS PROTEIN
Apa yang ada dipikiran kalian ketika mendengar kata bioteknologi, apakah tempe, kecap, atau tape apa piyem? Semua hal tersebut memang merupakan hasil dari bioteknologi, namun perlu diketahui bioteknologi tersebut merupakan bioteknologi yang masih tradisional. Berbeda dengan bioteknologi modern, bioteknologi ini sudah menggunakan teknologi molekuler, contoh yang paling kita kenal seperti kloning atau dalam dunia pertanian kita tahu seperti jagung Bt, di dalamnya terdapat gen bakteri t yang tahan akan penggerek batang jagung.
Alat Pendeteksi Dini Penyakit Tanaman
Kali ini kami akan membahas mengenai aplikasi bioteknologi modern pada bidang perlindungan tanaman. Salah satu aplikasi yang dapat diterapkan yaitu mendeteksi dini patogen yang ada pada tanaman. Ada dua cara dalam deteksi patogen tanaman yaitu berbasis protein dan asam nukleat. Sebelum menginjak pembahasan, sebaiknya kita tahu apa maksud dari deteksi dini patogen, apa saja manfaat dan keuntunganya.
Deteksi dini patogen pada tanaman merupakan suatu teknik mendeteksi atau cara, usaha untuk menentukan keberadaan ada atau tidaknya patogen secara dini pada tanaman. Mengapa harus dilakukan secara dini? kenapa tidak dilakukan ketika tanaman sudah menunjukan gejala morfologi? Tentu hal sangat terlambat jika dilakukan ketika sudah menunjukan gejala secara morfologinya. Deteksi tersebut memang bisa dilakukan, namun sudah sangat telat karena ketika gejala itu muncul patogen yang menyebabkan sakit sudah menginfeksi dan berkembang pesat di dalam jaringan tanaman. Ukuran patogen yang mikroskopis pasti tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung, apalagi ketika patogen tersebut mulai menyerang maka diperlukanlah deteksi menggunakan bioteknologi dengan teknologi molekuler.

Each year, plant viruses and fungal attacks lead to crop losses of up to 30 percent. That is why it is important to detect plant disease early on. Yet laboratory tests are expensive and often time-consuming. Researchers are now developing a low-cost quick test for use on site.
The farmer casts a worried gaze at his potato field: where only recently a lush green field of plants was growing, much of the has now turned brown – presumably the result of a fungal disease. Usually, by the time the disease becomes visible, it is already too late. The course of the disease is then so advanced that there is little the farmer can do to counteract the damage done. To determine early on whether and how severely his are diseased, he would have to submit samples to a laboratory on a regular basis. There, researchers usually employ the ELISA method, a conventional detection method based on an antibody-antigen reaction. “These tests are expensive, though. It also takes up to two weeks before the farmer has the results of the tests. And by then, the disease has usually spread out across the entire field,” explains Dr. Florian Schröper of the Fraunhofer Institute for Molecular Biology and Applied Ecology IME in Aachen, Germany.
Researchers at the IME are now working on a new quick test that is to provide the farmer a low-cost analysis right there in the field. At the heart of the test is a magnetic reader devised by scientists at the Peter Grünberg Institute of the Forschungszentrum Jülich. The device has several excitation and detection coils arrayed in pairs. The excitation coils generate a high- and low-frequency magnetic field, while the detection coils measure the resulting mixed field. If magnetic particles penetrate the field, the measuring signal is modified. The result is shown on a display, expressed in millivolts. This permits conclusions about the concentration of magnetic particles in the field.
Researchers are making use of this mechanism to track down pathogens. “What we detect is not the virus itself but the magnetic particles that bond with the virus particles,” Schröper notes. These are first equipped with antibodies so that these can specifically target and dock onto the pathogens. This way, essentially there is a virus particle “stuck” to each magnetic particle. To ensure that these are in proportion to one another, researchers use a method that functions similarly to the ELISA principle. They introduce plant extract into a tiny filtration tube filled with a polymer matrix to which specific antibodies were bound. When the plant solution passes through the tube, the virus particles are trapped in the matrix. Following a purification step, the experts add the magnetic particles modified with antibodies. These, in turn, dock onto the antigens in the matrix. A subsequent purification step removes all of the unbound particles. The tube is then placed in an appliance in the magnet reader to measure the concentration of . The researchers have already achieved promising results in initial tests involving the grapevine virus: the measured values reached a level of sensitivity ten times that of the ELISA method. Currently, Schröper and his team are working to expand their tests to other pathogens such as the mold spore Aspergillus flavus.
The mobile mini-lab needs to be made more user-friendly, however, before it is ready for widespread use in the field. Rather than grapple with measurements in millivolts, farmers should be able to consult the display and determine directly how severe the level of crop disease is. If possible, the scientists also want to reduce the number of analytical steps, and hence the detection time involved.


Read more at: https://phys.org/news/2011-09-early-disease.html#jCp
Gejala BYDV pada oats (gandum)

Selain ukuran patogen yang mikroskopis, deteksi dini menggunakan teknologi molekuler memiliki waktu cukup singkat  dibandingkan dengan deteksi konvensional yang membutuhkan waktu relatif lama, contohnya deteksi konvensional seperti menumbuhkan patogen (bakteri, jamur, atau virus) terlebih dahulu, kemudian baru diketahui termasuk dalam patogen yang terdeteksi ataukah tidak. Alasan lainya juga terdapat patogen yang Symtomless atau tidak menampakan gejala pada tanaman. Misalnya virus tungro dan virus BYDV+ pada tanaman Barley ketika pada tanaman menunjukan gejala, namun ketika virus tersebut ada dalam gulma tidak menunjukan gejala. Hal tersebut dikhawatirkan bisa menyebabkan penularan lewat serangga vektor.
To be continued...........