Monday, December 27, 2021

Potensi Reduktan Pestisida Berbahan Alami Mampu menyelamatkan populasi Lebah Madu (Honey Bee)

Illustrated by Pinterest.id

 Penggunaan pestisida di dunia pertanian sudah menjadi hal yang wajib bagi petani konvensional. Di era sekarang petani konvensionalah yang memenuhi sebagian besar pertanian di dunia. Tanpa pestisida petani akan merasakan ada hal yang kurang, seperti masakan tanpa garam. Hampir seluruh jenis pestisida sudah dicicipi oleh petani, mulai dari insektisida, herbisida, fungisida dan jenis lainya. Namun tahukah petani, penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi dirinya dan juga ekosistem disekitarnya. 

    Kita tahu petani hanya menginginkan hal yang lebih praktis untuk dipraktikan dan menginginkan keuntungan serta menghindari kerugian. Alasan itulah yang menjadi ketakutan terbesar oleh petani untuk melepas pestisida. Masalah ini telah menjadi PR terbesar bagi para scientist, tenaga pendidik, pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertanian. FAO sebagai lembaga dunia telah menyebutkan bahwa banyak fakta scintific yang menunjukan penggunaan berbagai macam pestisida sama sekali atau sedikit sekali dalam meningkatkan produksi tanaman. Sebaliknya penggunaan pestisida dapat menurunkan keuntungan dan memiliki efek yang negatif untuk manusia dan lingkungan. 

    Kenapa banyak penelitian mengatakan demikian? Karena banyak sektor yang dirugikan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan, salah satunya adalah lebah. Lebah memiliki fungsi ekosistem yang sangat penting bagi produksi tanaman. Penyerbukan tanaman yang menjadi inti dari munculnya buah, akan semakin terganggu apabila pestisida selalu diberikan dan berlebihan, khususnya ketika tanaman mulai berbunga. Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian insektisida dapat menyebabkan lebah mati. Parahnya lagi insektisida yang memiliki tingkat kematian terhadap lebah yang tinggi, memiliki daya pikat terhadap lebah untuk datang ke tanaman, daripada insektisida dengan tingkat kematian terhadap lebah lebih rendah. Dengan kata lain insektisida yang memikat lebah merupakan “bom bunuh diri” bagi petani dalam peningkatan produksi tanaman. Padahal 1 jenis lebah saja seperti lebah madu memiliki kontribusi lebih dari 14 miliar dollar Amerika atau sekitar 200 triliun rupiah per tahun untuk bidang pertanian di dunia. 

    Lebah memiliki beragam jenisnya, salah satunya adalah lebah madu (Honeybee). Honeybee merupakan lebah yang sangat umum kita jumpai, tidak hanya di Indonesia tetapi hampir diseluruh dunia. Lebah ini sangat berperan penting dalam penyerbukan tanaman, karena sifatnya yang eusocial atau lebah yang berkoloni. Ketika lebah madu menyerbuki tanaman, mereka tidak sendirian seperti bumblebee contohnya. Otomatis penyerbukan yang terjadi pada tanaman akan lebih cepat. Petani seharusnya mengetaui akan hal ini, keuntungan yang akan didapat dari pertaniannya akan meningkat jika lebah ini tetap dilestarikan. 

    Namun sayang, Honeybee dilaporkan telah mengalami kolaps atau penurunan populasi secara drastis pada tahun tahun 2006....

Populasi lebah ini mengalami berbagai macam ancaman. Mulai dari predator ataupun parasitoid yang dapat mematikan lebah secara langsung, sampai intensifikasi pertanian yang telah dilakukan manusia sekarang ini. Masalah tersebut dimulai ketika manusia sudah merasa nyaman bahkan ketergantungan dengan pestisida. Banyak peneliti telah melaporkan efek dari penggunaan pestisida terhadap Honeybee. Salah satunya adalah menimbulkan efek kematian dan efek fisologis atau perilaku dari lebah ini. 

    Pantas ketika FAO sebagai organisasi yang mengurusi pangan dan pertanian dunia telah melaporkan bahwa penggunaan pestisida tidak meningkatkan produksi budidaya tanaman dan lebih condong dapat menurunkan profit dari pembudidaya. Pasalnya penggunaan pestisida yang tidak tepat dan berlebihan dapat membahayakan serangga yang sangat bermanfaat bagi tanaman, yaitu lebah. Namun keadaan tersebut ternyata dapat diminimalisir oleh perusahaan agribisnis yang bekerja sama dengan berbagai macam latar belakang mulai dari peneliti, pemerintah dan pembudidaya. Konsep yang ditawarkan adalah penerapan sustainable agriculture atau pertanian berkelanjutan berdasarkan kondisi yang terjadi di dunia pertanian sekarang ini. Perubahan pemikiran petani dimungkinkan akan sangat sulit untuk dirubah dengan cepat. Butuh proses, dan tentunya petani butuh bukti untuk meninggalkan pestisida. Ketidakmungkinan tersebut disiasati dengan ditawarkanya pestisda yang lebih ramah lingkungan dan dapat menghemat biaya produksi. Saah satu caranya adalah dengan menambahkan bahan lain untuk mengurangi bahan aktif pestisidaakan tetapi keefektifanya terhadap sasaran masih sama. Bahan aktif pestisida akan lebih berkurang, sekitar 50% dari penggunaan awal pestisida dan harga bahan campuran lebih murah sehingga petani akan lebih tertarik. 

    

Illustrate by Pinterest.Id
Reduktan pestisda merupakan salah satu terobosan bahan tambahan pestisida yang ditawarkan untuk memulai memperbaiki sistem pertanian yang telah larut kedalam kegelapan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Reduktan pestisida telah banyak jenisnya. Salah satu jenis reduktan yang memiliki potensi menopang keselamatan hidup serangga bermanfaat seperti lebah madu adalah reduktan insektisda yang memiliki bahan aktif “Quercetin”. Bahan ini merupakan bahan kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan. 

    Quercetin dapat membantu menstimulasi beberapa gen yang ada pada lebah Aphis mellifera (jenis lebah Honeybee) untuk menetralisir beberapa racun pestisida yang terpapar pada lebah. Bahan kimia yang dihasilkan oleh tanaman ini juga dapat meningkatkan toleransi lebah madu terhadap beberapa bahan aktif pestisida (bifentrin, tau-fluvalinate, dan B-cyflutrin). Penemuan terbaru di China juga menunjukan bahwa bahan aktif insektisda yaitu imidacloprid dapat menyebabkan reaksi kronis terhadap lebah honeybee meliputi memendekan umur lebah pekerja (pencari madu) dan juga dapat menurunkan tingkat kepekaan terhadap target makanan. Namun, ketika bahan aktif pestisida tersebut ditambahkan/dicampurkan dengan Quercetin hasilnya mengejutkan, efek letal dari pestisida yang dapat mematikan serangga, sangat dapat diminimalkan. lebah pekerja memiliki umur yang lebih lama dibandingkan pemberian bahan aktif pestisida secara tunggal. Selain itu campuran tersebut juga dapat menurunkan efek subletal dari pestisida yaitu meminimalkan tingkat responsivitas sukrosa lebah pekerja akibat paparan insekstisida. 

   Reduktan berbahan quercetin selain mengurangi penggunaan bahan aktif insektisida yang berbahaya, lebih terjangkau dari segi biaya produksi, ternyata juga memiliki dampak yang positif bagi kelangsungan hidup lebah madu. Jika pertanian sekarang tidak dapat meninggalkan pestisda paling tidak terobosan ini sangat epik untuk keberlangsungan makhluk hidup seperti lebah. Tidaklah mustahil jika terobosan ini dapat menjadi penyelamat lebah madu (Honeybee) dunia dari ancaman penurunan populasi lebah karena pestisda.

Referensi

Jialin Liu, Yaying Li, Zihui Zhang, Wenhua Luo, Lan Cao, Huai Liu, Low Concentration of                Quercetin Reduces the Lethal and Sublethal Effects of Imidacloprid on Apis cerana (Hymenoptera:    Apidae), Journal of Economic Entomology, Volume 114, Issue 3, June 2021, Pages 1053–1064,        https://doi.org/10.1093/jee/toab043 

Mohamed Alburaki, Sandra J. Steckel, Matthew T. Williams, John A. Skinner, David R. Tarpy, William G. Meikle, John Adamczyk, Scott D. Stewart, Agricultural Landscape and Pesticide Effects on Honey Bee (Hymenoptera: Apidae) Biological Traits, Journal of Economic Entomology, Volume 110, Issue 3, June 2017, Pages 835–847, https://doi.org/10.1093/jee/tox111 

Nadzirun Mubin. 2021. Ketertarikan dan Toksisitas Dua Insektisida terhadap Tetragonula laeviceps (Apidea: Meliponinae). Lab Fisiologi dan Toksioogi Serangga. Fakltas Pertanian, IPB University

https://www.fao.org/agriculture/ippm/activities/pesticide-risk-reduction/en/

No comments:

Post a Comment