Suatu waktu, disebuah perkotaan tinggalah seorang manusia
berberdarah merah, bukan berdarah biru mirip bangsawan. Pakaianya yang lusuh
penuh penyesalan, serta kakinya yang tak jelas kemana arah berjalan.
Berjalanlah ia disuatu kebisingan kota
yang hanyut dalam kesunyian malam. Tepatnya di pinggiran terminal kota
metropolitan.
Seseorang
dengan wajah yang penuh kemarahan serta kenakalan memanggilnya
“Mau
kemana Kau(Rahayu) sudah ku bayar! Jangan kabur, waktumu melayaniku belum
selesai!”
Rahayu
namanya seorang pelayan tempat karoke
malam, malang nasibnya suami tercinta telah pergi ke kehidupan yang hakiki.
Seorang suami yang seharusnya menafkahinya kini telah tiada, tinggalah ia
seorang diri untuk mengurusi anak semata wayangnya.
Hidup di perkotaan yang amat sulit,
membuatnya memulai pekerjaan yang kurang normal dan berpenyakit.
Anaknya, yang senantiasa
berwajah polos, selalu tidur disamping bersama ibunya. Setiap malam tak
mengetahui, bahwa setiap kali anak tersebut tidur ibunya pergi untuk bekerja.
Malam itu, ibunya pergi meninggalkan anaknya
sendirian bersama bayangan kehangatan. Sampailah ia ditempat karoke,
kedatanganya ternyata telah ditunggu oleh mba boss nya, biasa dipanggil mbak Doli,
berwajah ayu, layaknya selir raja.
“Yu....kemana saja kamu, tuh dah ada
yang segera dilayanin.”(dalam hatinya “hehe ga sabar jua”),(ucapan boss dengan
nada rayuan busuk)
“Maaf
mba, tadi baru nidurin anak dirumah, nggak papa kan?”sabil terbata-bata ucapan
Rahayu terkesan gerogi, karena itu adalah pertama kalinya ia berkerja di tempat
tersebut.
“Ya udah kagak papa cepetan diruang nomer 45 ya...!”
“Ya mbak.” ketakutan menerpa Rahayu dalam hatinya takut dosa.
Akhirnya, Rahayu memberanikan untuk menuju tempat tersebut. Seluruh
badanya gemeteran. Pintu tempat tersebut terasa sangat jauh dan penuh
kehitaman, Prasangka Rahayu dibalik pintu. Kemudian, ia mengetuk pintu tadi
terdengar suara berat, lebih kepada suara manusia yang belang hidungnya.
“Silahkan masuk !”
Rahayu akhirnya masuk, dan benar prasangkanya. Penghuni ruang 45
itu adalah seorang manusia yang belang hidungnya, yang sudah menanti-nanti
kedatangan Rahayu.
Dengan santainya, LELAKI tadi
mempersilahkan Rahayu untuk duduk disebelahnya. Maka tidak terelakan lah Rahayu
untuk duduk disampingnya,
Dengan sigap, Rahayu mendampingi orang tadi untuk berkaroke bersama
namun, lama kelamaan Rahayu merasa ada yang mengganjal dengan sikap lelaki tersebut.
Serasa semakin sembrono
kepada Rahayu. Puncaknya Rahayu dipaksa untuk melayani orang tersebut namun,
ketika didekati Rahayu langsung kabur dan akhirnya lelaki tersebut lari
mengejar Rahayu.
Namun sayang, lolos lah Rahayu, dengan marahnya orang tadi segera menghubungi
mbak Doli dan reduplah gejolak syahwatnya. Rahayu lari, dengan tetesan air mata, yang membekas di
setiap bekas, hentakan keseruan kakinya. Mengakibatkan jatuhnya air matanya ke tanah. Ia segera
pulang, ke rumah menemui anaknya yang sedang tidur dengan polosnya. Ia tidur
disampingnya serta memeluk anaknya dengan erat, sambil teringat pesan suaminya
yang telah meninggal.
Bahwasanya, ia telah berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi
anaknya. Pekerjaanya tadi, merupakan tindakan sesosok ibu yang tidak baik,
dengan menafkahi anaknya dengan uang haram. Ia terus mengingat pesan
suaminya.... sepanjang hembusan nafas. Tidurnya pun ia terus mengingat dan
menangis.
Subuh-subuh sekali, ia sudah pergi untuk membelikan anaknya makanan
di warung tempat tinggalnya. Terdengar suara “yu yu....” seorang perempuan
paruh baya memanggilnya, ternyata dia adalah, tetangga Rahayu yang merasa
kasihan kepadanya setelah suami Rahayu meninggal.
Rahayu ditawari untuk berdagang dagangan yang dimiliki mbak Suminem
tetangganya.
Rahayu menerima ajakan Suminem. Besok Rahayu akan segera berjualan,
Rahayu sangat berterimakasih akhirnya doa subuhnya yang selalu ia panjatkan
terkabul.
“Ya,
bu saya terima tawaran ibu..suwun sanget nggih bu..
“Ya,
setiap manusia pastinya harus saling tolong menolong, oh ya nanti
jualanya
besok ya...besok, kerumah ibu ngambil dagangan terus di jualin ke kampung
kampung nanti ibu jelasin besok bagaimana jualanya.” Kepala Rahayu
mengangguk-ngangguk.
Akhirnya, Rahayu pulang membawa kabar gembira, untuk anakanya bahwa
dirinya besok akan kerja walaupun hanya berdagang. Dalam hatinya selalu
bersukur kepada Allah SWT yang telah memberikanya kemudahan baginya.
Keesokan harinya, Rahayu pergi kerumah mba Suminem, dan di sana ia
diberi penjelasan bagaimana caranya, berdagang. Rahayu sangat antusias dan
ingin segera menjualkan barang daganganya.
Setelah
diberikan arahan oleh mbak Suminem, bersegeralah Rahayu untuk menjualkan
dagangan itu.
Setiap
waktu duha ia sempatkan untuk sholat duha serta waktu sholat lima waktu tak pernah
tertinggal dan selalu tepat.itu merupakan tindakan yang menurut Rahayu adalah
suatu rasa syukur yang ia panjatkan.
Tiap hari, ia menjalani hidup dengan berdagang, ia juga pernah
mengaji disuatu majelis bahwasanya kebanyakan pintu rezeki itu terdapat pada
keberniagaan. Makin semangatlah si Rahayu tadi.
Setiap hari pula, ia sisakan unganya untuk anak yatim, kisaran
limaratus sampai seribu rupiah. Ia jadikan hal tersebut sebagai sodaqohnya.
Bertahun-tahun
ia menjalani hidupnya dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Kadang ada cemohan dan
sindiran yang menyakitkan hatinya.
Akhirnya Allah SWT mendengarkan doanya, anakanya sekarang telah
lulus kuliah dan melanjutkan di Universitas mesir kairo, ibunya sangat bangga terhadap anaknya. Sekarang Rahayu
menjadi pembisnis yang sukses punya
panti asuhan, dan pondok pesantren. “Subhanallah”
karya saya :))
No comments:
Post a Comment