Saturday, August 4, 2018

Kasih Sayang Allah pada Hambanya..(Pelacur yang Tobat)


Suatu waktu, disebuah perkotaan tinggalah seorang manusia berberdarah merah, bukan berdarah biru mirip bangsawan. Pakaianya yang lusuh penuh penyesalan, serta kakinya yang tak jelas kemana arah berjalan. Berjalanlah ia disuatu  kebisingan kota yang hanyut dalam kesunyian malam. Tepatnya di pinggiran terminal kota metropolitan.
Seseorang dengan wajah yang penuh kemarahan serta kenakalan memanggilnya
“Mau kemana Kau(Rahayu) sudah ku bayar! Jangan kabur, waktumu melayaniku belum selesai!”
Rahayu namanya seorang pelayan  tempat karoke malam, malang nasibnya suami tercinta telah pergi ke kehidupan yang hakiki. Seorang suami yang seharusnya menafkahinya kini telah tiada, tinggalah ia seorang diri untuk mengurusi anak semata wayangnya.
          Hidup di perkotaan yang amat sulit, membuatnya memulai pekerjaan yang kurang normal dan berpenyakit.
 Anaknya, yang senantiasa berwajah polos, selalu tidur disamping bersama ibunya. Setiap malam tak mengetahui, bahwa setiap kali anak tersebut tidur ibunya pergi untuk bekerja.
           Malam itu, ibunya pergi meninggalkan anaknya sendirian bersama bayangan kehangatan. Sampailah ia ditempat karoke, kedatanganya ternyata telah ditunggu oleh mba boss nya, biasa dipanggil mbak Doli, berwajah ayu, layaknya selir raja.
          “Yu....kemana saja kamu, tuh dah ada yang segera dilayanin.”(dalam hatinya “hehe ga sabar jua”),(ucapan boss dengan nada rayuan busuk)       
          “Maaf  mba, tadi baru nidurin anak dirumah, nggak papa kan?”sabil terbata-bata ucapan Rahayu terkesan gerogi, karena itu adalah pertama kalinya ia berkerja di tempat tersebut.
“Ya udah kagak papa cepetan diruang nomer 45 ya...!”
“Ya mbak.” ketakutan menerpa Rahayu dalam hatinya takut dosa.
Akhirnya, Rahayu memberanikan untuk menuju tempat tersebut. Seluruh badanya gemeteran. Pintu tempat tersebut terasa sangat jauh dan penuh kehitaman, Prasangka Rahayu dibalik pintu. Kemudian, ia mengetuk pintu tadi terdengar suara berat, lebih kepada suara manusia yang belang hidungnya. “Silahkan masuk !”
Rahayu akhirnya masuk, dan benar prasangkanya. Penghuni ruang 45 itu adalah seorang manusia yang belang hidungnya, yang sudah menanti-nanti kedatangan Rahayu.
          Dengan santainya, LELAKI tadi mempersilahkan Rahayu untuk duduk disebelahnya. Maka tidak terelakan lah Rahayu untuk duduk disampingnya,
Dengan sigap, Rahayu mendampingi orang tadi untuk berkaroke bersama namun, lama kelamaan Rahayu merasa ada yang mengganjal dengan sikap lelaki  tersebut.
Serasa  semakin sembrono kepada Rahayu. Puncaknya Rahayu dipaksa untuk melayani orang tersebut namun, ketika didekati Rahayu langsung kabur dan akhirnya lelaki tersebut lari mengejar Rahayu.
Namun sayang, lolos lah Rahayu, dengan marahnya orang tadi segera menghubungi mbak Doli dan reduplah gejolak syahwatnya. Rahayu lari,  dengan tetesan air mata, yang membekas di setiap bekas, hentakan keseruan kakinya. Mengakibatkan  jatuhnya air matanya ke tanah. Ia segera pulang, ke rumah menemui anaknya yang sedang tidur dengan polosnya. Ia tidur disampingnya serta memeluk anaknya dengan erat, sambil teringat pesan suaminya yang telah meninggal.
Bahwasanya, ia telah berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi anaknya. Pekerjaanya tadi, merupakan tindakan sesosok ibu yang tidak baik, dengan menafkahi anaknya dengan uang haram. Ia terus mengingat pesan suaminya.... sepanjang hembusan nafas. Tidurnya pun ia terus mengingat dan menangis.
Subuh-subuh sekali, ia sudah pergi untuk membelikan anaknya makanan di warung tempat tinggalnya. Terdengar suara “yu yu....” seorang perempuan paruh baya memanggilnya, ternyata dia adalah, tetangga Rahayu yang merasa kasihan kepadanya setelah suami Rahayu meninggal.
Rahayu ditawari untuk berdagang dagangan yang dimiliki mbak Suminem tetangganya.
Rahayu menerima ajakan Suminem. Besok Rahayu akan segera berjualan, Rahayu sangat berterimakasih akhirnya doa subuhnya yang selalu ia panjatkan terkabul.
“Ya, bu saya terima tawaran ibu..suwun sanget nggih bu..
“Ya, setiap manusia pastinya harus saling tolong menolong, oh ya nanti
jualanya besok ya...besok, kerumah ibu ngambil dagangan terus di jualin ke kampung kampung nanti ibu jelasin besok bagaimana jualanya.” Kepala Rahayu mengangguk-ngangguk.

Akhirnya, Rahayu pulang membawa kabar gembira, untuk anakanya bahwa dirinya besok akan kerja walaupun hanya berdagang. Dalam hatinya selalu bersukur kepada Allah SWT yang telah memberikanya kemudahan baginya.
Keesokan harinya, Rahayu pergi kerumah mba Suminem, dan di sana ia diberi penjelasan bagaimana caranya, berdagang. Rahayu sangat antusias dan ingin segera menjualkan barang daganganya.
Setelah diberikan arahan oleh mbak Suminem, bersegeralah Rahayu untuk menjualkan dagangan itu.
Setiap waktu duha ia sempatkan untuk sholat duha serta waktu sholat lima waktu tak pernah tertinggal dan selalu tepat.itu merupakan tindakan yang menurut Rahayu adalah suatu rasa syukur yang ia panjatkan.
Tiap hari, ia menjalani hidup dengan berdagang, ia juga pernah mengaji disuatu majelis bahwasanya kebanyakan pintu rezeki itu terdapat pada keberniagaan. Makin semangatlah si Rahayu tadi.
Setiap hari pula, ia sisakan unganya untuk anak yatim, kisaran limaratus sampai seribu rupiah. Ia jadikan hal tersebut sebagai sodaqohnya.
Bertahun-tahun ia menjalani hidupnya dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Kadang ada cemohan dan sindiran yang menyakitkan hatinya.
Akhirnya Allah SWT mendengarkan doanya, anakanya sekarang telah lulus kuliah dan melanjutkan di Universitas mesir kairo, ibunya  sangat bangga terhadap anaknya. Sekarang Rahayu menjadi pembisnis  yang sukses punya panti asuhan, dan pondok pesantren. “Subhanallah”
karya saya :))

No comments:

Post a Comment