Wednesday, April 8, 2020

Paket Komplit Cara Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)

Kampus Tani pada kesempatan kali ini mau membagikan lima pengendalian untuk hama penggerek buah kakao. Semoga bisa diterpakan petani kakao dan menjadi pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya.
Conopomorpha cramerella


Penggerek buah kakao merupakan hama utama yang menyerang tanaman kakao. PBK menyerang plasenta buah, sehingga buah menjadi keras dan menurun kualitas biji kakaonya. penggerek buah ini termasuk dalam ordo Lepidoptera atau biasa kita sebut kupu-kupuan. Hama ini ketika daewasa berbentuk ngengat. sedangkan fase merusak buahnya ketika larva.


Note : Kupu-Kupu dan Ngengat termasuk dalam ordo yang sama namun berbeda waktu aktifnya, Ngengat aktif pada malam hari dan Kupu-Kupu pada pagi hari

Pengendalian hama pada dasarnya bisa dilakukan dengan melihat siklusnya. Keuntungan memahami siklus hama adalah efektifitas dan efisiensi dalam pengendalian. Sebaliknya jika kurang memahami siklus bisa mengakibatkan hama tidak tertangani dan biaya pengeluaran semakin banyak. Berikut ini sekilas, mengenai siklus dan bioekologi hama penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella);

Pertama Imago yang ada di lahan meletakan telurnya antara pukul 18.00-07.00, hidup dari imago 7 hari lamanya. Telur diletakan imago pada buah berumur 75 hari atau berukuran 11 cm.

Telur akan menetas setelah 2-7 hari, Setelah menetas maka telur akan menjadi larva. pada fase larva ini merupakan fase terlama dari beberapa fase lainya. Lamanya sekitar 14-18 hari, kemudian menjadi pupa atau kepompong selama 5-8 hari barulah menjadi ngengat.

Dari siklus tersebut cara pengendalian paling efektif adalah memutus rantai siklus, yaitu mengusahakan jangan sampai telur menetas dan merusak buah dari dalam.


Berikut 5 Pengendalian yang dapat di coba dan diterapkan :

1. Penggunaan Tanaman Resisten
Benih kakao biasanya didapatkan dari klon, artinya benih yang dibuat secara vegetatif. Berbeda jika benih didapatkan dari generatif atau dari biji maka pohon kakao biasanya lama berbuah dan pohonya tingg-tinggi. 

Klon Sulawesi 1 di Balittri (Ilustrasi klon resisten)
Beberapa pilihan klon kakao tahan PBK, yaitu Sulawesi 03 dan ICCRI 07 KW 397 (Na 33), dan KW 566 (Paba/v/81L/1). Selain penggunaan klon klon atau hasil sambungan dari beberapa klon yang menghasilkan tanaman tahan juga bisa menggunakan tanaman transgenik, kini telah ditemukan gen penyandi resistensi berasal dari kulit buah kakao, yaitu gen proteinase inhibitor (PIN) yang telah diketahui berperan sebagai penghambat aktivitas protease serangga. Pengembangan klon tahan akan semakin meningkat dengan dibentuknya tanaman transgenik.

2. Kultur Teknik
Kultur teknis merupakan pengendalian yang dilakukan dengan tindakan teknis budidaya, atau cara-cara budidaya tanaman yang bisa menurunkan tingkat serangan hama. Contoh dari pengendalian ini untuk hama pada Kakao dan pada khususnya PBK yaitu 

PsPSP(Panens sering, Pemupukan, Sanitasi dan Pemangkasan)

Empat cara kultur teknis diatas terbukti efektif untuk menekan serangan hama PBK (penggerek buah kakao), pertama panen sering yang dilakukan dapat memutus rantai siklus dari hama. Panen yang dilakukan sesering mungkin mengakibatkan hama akan kehilangan tempat untuk meletakan telurnya. Kemudian pemupukan, pemupukan merupakan salah satu cara kultur teknis dengan pemenuhan sumber nutrisi atau unsur hara tanaman agar tetap tercukupi.

Sama halnya dengan manusia yang rentan terhadap berbagai penyakit apabila imunitasnya rendah, yang disebabkan pemenuhan nutrisi yang kurang

kutur teknis yang ketiga adalah sanitasi, artinya bahwa pastikan keadaan kebun tetap bersih, jangan sampai kebun yang tidak bersih seperti banyak dedaunan yang menumpuk menjadi sarang persembunyian hama PBK ini. Terakhir adalah pemangkasan, pemangkasan dilakukan agar tanaman tetap dalam kondisi sehat, berbagai macam ranting ataupun cabang batang yang tidak produktif harus segera dipangkas karena bisa mempengaruhi pembentukan buah kakao sendiri. selain itu diwaspadai sebagai tempat persembunyian imago PBK.

Selain metode PsPSP ada juga pengendalian kultur teknis dengan eradikasi (pemusnahan tanaman yang terkena hama atau penyakit) dan cara lainya dengan meningkatkan ketahanan melalui pengaplikasian sumber Silika.
   
3. Fisik dan Mekanik
    Cara pengendalian yang ketiga adalah dengan fisik dan mekanik, dimana pengendalian ini diluar tata cara budidaya tanaman. contohnya adalah pemasangan perangkap. berikut beberapa cara yang bisa dilakukan  yaitu 

a.    Penyarungan buah (kondomisasi/sleeving) sebagai bentuk memutus siklus, dengan menghindari peletakan telur pada permukaan buah. Penyarungan dapat dilakukan ketika buah hampir mendekati 11 cm atau kurang dari 45 hari.
b. Penggunaan perangkap serangga imago jantan dengan memanfaatkan feromon seks. Penggunaan perangkap ini sekaligus juga digunakan sebagai cara memonitor populasi PBK di kebun kakao. 



NR : Hasil penelitian Sulistyowati (2014) menunjukkan penggunaan perangkap yang mengandung feromon seks dengan kerapatan 24 perangkap/ha dapat mengurangi kehilangan hasil sebesar 75,5% dibandingkan kontrol (tanpa perlakuan)

4. Biological Control

Pengendalian biologi merupakan pengendalian yang memanfaatkan makhluk hidup dalam menekan serangan hama pada tanaman. Banyak makhluk hidup yang bisa dimanfaatkan khususnya jamur, bakteri, nematoda dan serangga, berikut makhluk hidup yang bisa dijadikan pengendali hama PBK.


Ilustrasi Serangga yang terkena Jamur phatogen

Jamur patogen serangga, terdiri dari Verticillium tricorpus, Metarhizium spp., Beauveria bassiana dan Nematoda serangga terdiri dari Steinernema carpocapsae dan Heterorhabditis sp.

5. Organik  Pengendalian organik yang bisa digunakan untuk Hama ini adalah menggunakan pestisida Nabati, berikut beberapa pestisida nabati yang terbukti efektif untuk mengendalikan PBK antara lain: a. Ekstrak mimba b. Ekstrak buah maja Crescentia cujete c.  Minyak cengkeh dan serai wangi d. Ekstrak daun bandotan, bawang putih, dan minyak kemiri sunan dan Ekstrak umbi gadung, jeringau, dan brotowali

 

PUSTAKA

Gomies, B.E.L.L. (2009). Used of Verticillium tricorpus as natural control agenst cocoa fruit borer Conopomopha cramerella in Jayapura, Papua Province. J. Budidaya Pertanian, 5, 99-104.
Sulistyowati, E., & Wiryadiputra, S. (2007). Integrated pest management of cocoa pod borer in Indonesia. Paper Presented at USDA-ARS Seminar on 22 February 2007, Beltsville, Maryland.
Samsudin. (2011). Teknologi tanaman perkebunan resisten terhadap hama. Sirkuler Teknologi Tanaman Rempah dan Industri (p. 24). Sukabumi: Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri.
Samsudin. (2012). Penggerek buah kakao (PBK), serangga kecil yang merugikan. Majalah Semi Populer TREE, 3(1), 3.
Samsudin, & Indriati, G. (2013). Sinergisme Heterorhabditis sp. dengan penyarungan buah dalam mengendalikan penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella. Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, 4(1), 19-26.
Samsudin. 2017. Teknologi Pengendalian Ramah Lingkungan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell.). Bunga Rampai: Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Sukabumi
DLL.

Penulis :NW

Pengendalian menggunakan pestisida kontak tidak berpengaruh ketika larva sudah berada di dalam buah maka jika penggunaan pestisida gunakanlah pestisida sistemik untuk pilihan penggunaan terakhir setelah kelima pengendalian diatas sudah diusahakan






No comments:

Post a Comment