Sunday, April 26, 2020

Cita Rasa Pohon Kebaikan yang Sering Dilupakan

Menebar kebaikan merupakan langkah awal manusia untuk mengerti, memahami, dan merasakan kemanusiaanya sendiri. Banyak manusia yang ingin dimanusiakan bukan?, mereka menginginkan diri mereka dihormati, diperlakukan semestinya dan selayaknya sebagai manusia. Rasa untuk dimanusiakan oleh manusia memang satu kenikmatan yang tidak dapat dipungkiri, namun ada hal yang kedudukan, dan cita rasa yang lebih tinggi daripada itu, yaitu menebar kebaikan.
Semakin manusia menebar kebaikan kepada sesama yang membutuhkan, dirinya akan ikut bertambah hanyut dalam kebahagian. Bukan sekedar punya harta atau uang melimpah, menebar kebaikan baru akan dilakukan. Kebaikan yang sesungguhnya adalah tergeraknya rasa kemanusiaan dalam hati, sehingga tergeraklah badan  untuk mulai berbagi.
Bagi mereka yang mempunyai harta yang melimpah mudah saja mendonasikan kepada lembaga-lembaga penyalur kebaikan seperti Dompet Dhuafa, serta lembaga-lembaga lainya. Namun banyak juga mereka yang penghasilanya hanya cukup untuk makan satu hari, namun masih sempat berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Mengapa demikian? jawabanya cuma satu yaitu rasa kepuasan batin ketika berbagi.
Berbagi kebaikan selalu diajarkan pada setiap agama, khususnya kaum muslim. Mereka diajarkan untuk berzakat. Melalui zakat inilah rasa simpati berubah menjadi empati. Jika rasa ditingkat-tingkatkan, empati memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada simpati. Manusia fitrahnya adalah suci dan penuh dengan kasih sayang. Seburuk-buruknya manusia, hati  mereka akan tergerak apabila ada manusia yang membutuhkan bantuan.  
Cita rasa menebar kebaikan atau berbagi kebaikan kadang sering dilupakan, padahal rasa itu bisa kita rasakan sebagi cita rasa ternikmat dibandingkan rasa-rasa lainya. Rasa suka dengan lawan jenis, rasa makanan, sampai rasa bercumbu, semuanya masih terkalahkan. Mengapa rasa itu muncul? hal tersebut dikarenakan kebermanfaatan diri kita kepada orang lain. Manfaat inilah secara tidak langsung merangsang seluruh saraf kita untuk memahami entitas sebenarnya keberadaan manusia dimuka bumi ini. 
Menebar kebaikan merupakan salah satu tindakan manusia untuk mengelola bumi. Bukan hanya materil yang dikelola akan tetapi juga manusianya. Manusia diturunkan ke bumi adalah untuk menjadi pemimpin/khalifah yang abdi pada tuhannya. Ciri seorang pemimpin adalah peduli, dan mempunyai rasa kasih sayang kepada sesamanya. Dari menebar kebaikan akan muncul pohon kebaikan. Benihnya adalah kebaikan awal yang kita lakukan, kemudian akan ditiru oleh orang yang kita beri kebaikan, dan akan terus bercabang sampai akhir kehidupan.
Penanaman Pohon Refugia di Desa sebagai benih Pohon Kebaikan
Tujuan akhir manusia adalah menjadi manusia yang mulia. Kemuliaan manusia bisa didapat dari kebermanfaatanya. Manusia yang bermanfaat merupakan manusia terbaik. Rasa senang akan muncul ketika mendapatkan juara kelas, menang lomba, ataupun menjadi mahasiswa terbaik. Semua rasa dari semua kondisi tersebut merupakan kenikmatan yang tak bisa diungkapkan. Sama halnya ketika kita berbagi kebaikan. Karena hakikat dari berbagi kebaikan adalah kita menjadi manusia terbaik dari manusia-manusia lainya. Maka wajar, bilamana rasa menebar kebaikan merupakan tingkatan tertinggi dibandingkan rasa yang timbul karena kondisi lainya.
Berbagilah kebaikan kepada sesama, tidak hanya sekedar harta yang bisa kita berikan. Cukup kita awali dengan senyuman. Kemudian pastikan kebaikan yang kita bagikan menjadi pohon yang penuh dengan tauladan ataupun panutan. Hati manusia yang fitrah akan mulai mengikuti kebaikan itu. Kebaikan yang diikuti membuat benih yang kita tanam akan semakin besar. Semakin besar benih maka akan terbentuklah pohon.  Pohon yang lebat akan menghasilkan buah yang enak. Buah itulah yang akan membawa kita sampai kepada tuhan yang maha kekal dengan kenikmatan abadi.

No comments:

Post a Comment