Kisah Hasil Kerja Keras Pedagang
Sukses
Ada seorang anak di suatu kampung tepatnya di daerah Pemalang, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang tukang becak yang setiap hari bekerja di pasar, dengan rasa tanggung jawab beliau bekerja siang dan malam, panas, hujan beliau tempuh untuk menghidupi keluarganya. Keluarga sederhana dengan seorang istri yang setia, penyayang, serta pandai memasak. Ditemani dengan 7 anak yang sangat luar biasa, kuat menjalani hidup sederhana itu. Sudiyanto itulah nama anaknya yang ke tiga. Anak yang cerdas, pekerja keras dan tidak mau menyerah. Ibunya adalah seorang petani dan ibu rumah tangga biasa, Sudiyanto menginjak SD. Sekolah dasar yan terletak di daerah desa, yaitu desa Kabunan, Pemalang, Jawa Tengah. SD itu adalah SD N 2 Kabunan. Sembari ia bersekolah, ia adalah sosok anak yang pekerja keras, disamping bermain dia juga sudah menjadi kuli di sebuah perkebunan yaitu perkebunan tebu. Pekerjaanya itu terus ia lakukan sampai ia lulus dari SD. Di SD pun ia termasuk anak yang cerdas, bintang kelas selalu ia dapatkan.
Ada seorang anak di suatu kampung tepatnya di daerah Pemalang, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang tukang becak yang setiap hari bekerja di pasar, dengan rasa tanggung jawab beliau bekerja siang dan malam, panas, hujan beliau tempuh untuk menghidupi keluarganya. Keluarga sederhana dengan seorang istri yang setia, penyayang, serta pandai memasak. Ditemani dengan 7 anak yang sangat luar biasa, kuat menjalani hidup sederhana itu. Sudiyanto itulah nama anaknya yang ke tiga. Anak yang cerdas, pekerja keras dan tidak mau menyerah. Ibunya adalah seorang petani dan ibu rumah tangga biasa, Sudiyanto menginjak SD. Sekolah dasar yan terletak di daerah desa, yaitu desa Kabunan, Pemalang, Jawa Tengah. SD itu adalah SD N 2 Kabunan. Sembari ia bersekolah, ia adalah sosok anak yang pekerja keras, disamping bermain dia juga sudah menjadi kuli di sebuah perkebunan yaitu perkebunan tebu. Pekerjaanya itu terus ia lakukan sampai ia lulus dari SD. Di SD pun ia termasuk anak yang cerdas, bintang kelas selalu ia dapatkan.
Menginjak
remaja ia meneruskan sekolahnya di Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Tidak
main-main ia mendaftar ke SMP Negeri 2 Pemalang dengan iktikad baik dan penuh
semangat. Orang tuanya yang bekerja sebagai petani dan tukang becak, merasa
senang karena anaknya yang telah berani mendaftar sendiri, di SMP Favorit saat
itu dan sampai saat ini di kabupaten Pemalang. Ia tidak gentar dengan
teman-temanya yang kebanyakan adalah orang orang kaya dan keturunan china.
Akhirnya ia diterima di SMP favorit itu, dengan bangganya dia sampaikan hal
tersebut kepada kedua orang tuanya.
Selama
di SMP pemuda itu selalu menyempatkan waktunya untuk bermain, belajar dan tidak
pernah lupa tentang pekerjaanya yang telah ia lakukan semenjak duduk di bangku
SD yaitu menjadi kuli tebu. Sudiyanto anak SMP yang mempunyai cita-cita menjadi
seorang guru itu menjalani sekolah dengan baik dan selalu patuh terhadap
peraturan. Disiplin, kerja keras dan pantang menyerah seakan melekat dalam
dirinya.
Selama
tiga tahun belajar dan menuntut ilmu, akhirnya anak itu lulus dengan menduduki
peringkat 10 besar di kelasnya. Pada
fase inilah hidupnya mulai terasa, dirinya tidak bisa meneruskan pendidikanya
karena terkendala ekonomi, akhirnya ia memutuskan merantau ke Jakarta, tepatnya
di Krawang bersama kakaknya, bernama Rohanan.
Di
Jakarta meraka bekerja sebagai tukang kredit, kontrakan adalah tempat tinggal
mereka sekarang, yang dulunya, bersama keluarga, sekarang mereka benar-benar
harus mandiri. Selama di Jakarta Sudiyanto bersama kakaknya benar-benar bekerja
keras apalagi sebenarnya, ia pergi ke Jakarta untuk mencari uang agar bisa
melanjutkan pendidikanya di SPG, sekolah pendidikan guru. Namun karena terlalu
lama di Jakarta Allah SWT, memberinya rahmat berupa penyakit batuk darah,
dikarenakan kebiasaan buruknya yaitu merokok.
Akhirnya
Sudiyanto pulang kampung dengan kakaknya disebabkan penyakit yang
menggerogotinya itu. Alhamdulillah penyakitnya kini telah sembuh, kebiasaan
merokoknyapun sekarang sudah benar-benar ditinggalkan.
Ia
menjalani kehidupan dikampung halaman yaitu Kabunan dengan penuh keprihatinan
hidup. Tukang jahit, itulah pekerjaanya setelah dirumah, ia bisa menjahit
karena kursus penjahit yang telah dijalaninya, dengan mendapatkan sertifikat ia
memulai sebagai tukang jahit kecil-kecilan.
Tak
selang lama Sudiyanto yang sekarang beranjak dewasa, mengubah pekerjaanya
menjadi seorang pedagang, yang ia dagangkan adalah barang dagangan orang lain
yaitu sandal dan tas. Hari demi hari ia lakukan dengan selalu berdoa dan kerja
keras, pantang menyerah. Pada suatu waktu ditempat ia berdagang bertemulah
seorang gadis cantik yang sedang berjualan pula.
Terlalu
sering bertemu itulah yang akhirnya menyebabkan mereka menikah. Mereka menikah
pada usia-usia yang sesuai dengan orang yang seharusnya sudah menikah, Darsini
nama itulah yang sekarang tertulis di buku nikah. Mereka menikah kira-kira
tahun 1994.
Pernikahan
adalah sebuah hal yang akan melahirkan sebuah keluarga, yang didalamnya pasti
terdapat kebutuhan yang harus dipenuhi. Karena itulah beliau bapak Sudiyanto,
bersama istrinya merintis usaha minyak gosok, akar lawang, dengan modal hanya
Rp.16.000,00. Usahanya meningkat, mereka berganti dengan berjualan baju, celana
sejenis pensil, make up yang dijualkan keliling kampung serta di beberapa pusat
keramaian.
Pada
saat itu terjadi musim tas, sebagai seorang pengusaha beliau mempunyai
inisiatif untuk, belanja tas dan diperjualkan kembali. Akhirnya di Kudus lah
tempat ia membeli tas untuk diperjualkan kembali. Modal yang belaiau dan
istrinya gunakan adalah dengan menjualkan perhiasan 20 gram, yang waktu itu 1
gramnya adalah Rp. 30.000,.
Seperti
biasanya beliau perdagangkan tas tersebut keberbagai penjuru desa, serta
keramaian. Tak kenal lelah itulah yang terus terukir dan tergambar pada sosok
beliau, kemudian pada tahun 1996, Allah memberikan amanat kepada beliau berupa
anak laki-laki yang sehat bernama Muhammad Rizqi, dengan harapan anaknya itu
bisa menambah rizqi, dan akhlaknya seperti kanjeng nabi Muhammad SAW.
2
tahun kemudian lahirlah anak kedua yang bernama Ubaidillah, dan sekarang biasa
dipanggil Norman Wijaya. Hari demi hari terus berlalu, usahanya mulai maju
otomatis modalnya sekarang telah bertambah. Hal tersebut mendapat perhatian
besar dari saudara dan tetangganya untuk ikut berpartisipasi dalam usaha itu.
Akhirnya beberapa saudara dan tetangganya menjadi karyawan, pada tahun 2000
karyawannya mencapai 30 orang, maksud dari karyawan itu adalah meraka mengambil
barang dagangan, terus diperjualkan.
Hasil
usaha menjadi bos tersebut, adalah beliau dapat membeli motor Astrea, seharga
Rp.7.000.000, masih pada tahun 2000 semakin usahanya tambah maju beliau dapat
membeli kios seharga Rp. 30.000.000, itu didapatkan dengan menjaual motor
Astranya tadi.
1
tahun kemudian beliau mendapatkan uang Rp. 11.000.000 dikarenakan kiosnya yang
dipindah tempat. Uang tersebut beliau gunakan untuk membeli sebuah tanah atau
kapling yang letaknya didekat persawahan.
Tahun
2003 beliau membangun rumah baru senilai ratusan juta, uang sebanyak itu
bukanlah uang yang secara tiba-tiba muncul namun diperlukan keuletan, terus
berusaha, cari peluang dan selalu optimis serta tawakal.
Tahun
2004, karyawan bubar dikarenakan banyak yang melakukan korupsi barang yang
diperdagangkan hasilnya dibawa lari. Hal ini membuat beliau dan keluarga
mengembangkan usahanya sendiri tanpa ada karyawan yaitu mengembangkan usahanya
dengan kios barunya itu.
Walaupun
usahanya sekarang hanya di kios kecil namun pelangganya sekarang amatlah
banyak, banyak yang grosir, tas yang diperdagangngkanpun tas impor, lokal,
dompet juga dijual. Sampai sekarang beliau mempunyai 3 anak, 2 laki-laki dan 1
perempuan.
Punya
asset berupa 1 buah mobil, 1 petak sawah, tanah, kendaraan roda dua, dan rumah
mewah serta insyaallah beliau tahun 2017
akan naik haji bersama istri tercinta, beliau sekarang adalah pengurus mushola
dekat rumahnya, biasa menjadi imam dan selalu mendidik anak-anaknya agar
mandiri, mau kerja keras dan pantang menyerah.
Kok keren yah ayahku
ReplyDelete