Friday, August 3, 2018

MY Father


Kisah Hasil Kerja Keras Pedagang Sukses 

Ada seorang anak di suatu kampung tepatnya di daerah Pemalang, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang tukang becak yang setiap hari bekerja di pasar, dengan rasa tanggung jawab beliau bekerja siang dan malam, panas, hujan beliau tempuh untuk menghidupi keluarganya. Keluarga sederhana dengan seorang istri yang setia, penyayang, serta pandai memasak. Ditemani dengan 7 anak yang sangat luar biasa, kuat menjalani hidup sederhana itu. Sudiyanto itulah nama anaknya yang ke tiga. Anak yang cerdas, pekerja keras dan tidak mau menyerah. Ibunya adalah seorang petani dan ibu rumah tangga biasa, Sudiyanto menginjak SD. Sekolah dasar yan terletak di daerah desa, yaitu desa Kabunan, Pemalang, Jawa Tengah. SD itu adalah SD N 2 Kabunan. Sembari ia bersekolah, ia adalah sosok anak yang pekerja keras, disamping bermain dia juga sudah menjadi kuli di sebuah perkebunan yaitu perkebunan tebu. Pekerjaanya itu terus ia lakukan sampai ia lulus dari SD. Di SD pun ia termasuk anak yang cerdas, bintang kelas selalu ia dapatkan.
Menginjak remaja ia meneruskan sekolahnya di Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Tidak main-main ia mendaftar ke SMP Negeri 2 Pemalang dengan iktikad baik dan penuh semangat. Orang tuanya yang bekerja sebagai petani dan tukang becak, merasa senang karena anaknya yang telah berani mendaftar sendiri, di SMP Favorit saat itu dan sampai saat ini di kabupaten Pemalang. Ia tidak gentar dengan teman-temanya yang kebanyakan adalah orang orang kaya dan keturunan china. Akhirnya ia diterima di SMP favorit itu, dengan bangganya dia sampaikan hal tersebut kepada kedua orang tuanya.
Selama di SMP pemuda itu selalu menyempatkan waktunya untuk bermain, belajar dan tidak pernah lupa tentang pekerjaanya yang telah ia lakukan semenjak duduk di bangku SD yaitu menjadi kuli tebu. Sudiyanto anak SMP yang mempunyai cita-cita menjadi seorang guru itu menjalani sekolah dengan baik dan selalu patuh terhadap peraturan. Disiplin, kerja keras dan pantang menyerah seakan melekat dalam dirinya.
Selama tiga tahun belajar dan menuntut ilmu, akhirnya anak itu lulus dengan menduduki peringkat 10 besar di kelasnya.  Pada fase inilah hidupnya mulai terasa, dirinya tidak bisa meneruskan pendidikanya karena terkendala ekonomi, akhirnya ia memutuskan merantau ke Jakarta, tepatnya di Krawang bersama kakaknya, bernama Rohanan.
Di Jakarta meraka bekerja sebagai tukang kredit, kontrakan adalah tempat tinggal mereka sekarang, yang dulunya, bersama keluarga, sekarang mereka benar-benar harus mandiri. Selama di Jakarta Sudiyanto bersama kakaknya benar-benar bekerja keras apalagi sebenarnya, ia pergi ke Jakarta untuk mencari uang agar bisa melanjutkan pendidikanya di SPG, sekolah pendidikan guru. Namun karena terlalu lama di Jakarta Allah SWT, memberinya rahmat berupa penyakit batuk darah, dikarenakan kebiasaan buruknya yaitu merokok.
Akhirnya Sudiyanto pulang kampung dengan kakaknya disebabkan penyakit yang menggerogotinya itu. Alhamdulillah penyakitnya kini telah sembuh, kebiasaan merokoknyapun sekarang sudah benar-benar ditinggalkan.
Ia menjalani kehidupan dikampung halaman yaitu Kabunan dengan penuh keprihatinan hidup. Tukang jahit, itulah pekerjaanya setelah dirumah, ia bisa menjahit karena kursus penjahit yang telah dijalaninya, dengan mendapatkan sertifikat ia memulai sebagai tukang jahit kecil-kecilan.
Tak selang lama Sudiyanto yang sekarang beranjak dewasa, mengubah pekerjaanya menjadi seorang pedagang, yang ia dagangkan adalah barang dagangan orang lain yaitu sandal dan tas. Hari demi hari ia lakukan dengan selalu berdoa dan kerja keras, pantang menyerah. Pada suatu waktu ditempat ia berdagang bertemulah seorang gadis cantik yang sedang berjualan pula.
Terlalu sering bertemu itulah yang akhirnya menyebabkan mereka menikah. Mereka menikah pada usia-usia yang sesuai dengan orang yang seharusnya sudah menikah, Darsini nama itulah yang sekarang tertulis di buku nikah. Mereka menikah kira-kira tahun 1994.
Pernikahan adalah sebuah hal yang akan melahirkan sebuah keluarga, yang didalamnya pasti terdapat kebutuhan yang harus dipenuhi. Karena itulah beliau bapak Sudiyanto, bersama istrinya merintis usaha minyak gosok, akar lawang, dengan modal hanya Rp.16.000,00. Usahanya meningkat, mereka berganti dengan berjualan baju, celana sejenis pensil, make up yang dijualkan keliling kampung serta di beberapa pusat keramaian.
Pada saat itu terjadi musim tas, sebagai seorang pengusaha beliau mempunyai inisiatif untuk, belanja tas dan diperjualkan kembali. Akhirnya di Kudus lah tempat ia membeli tas untuk diperjualkan kembali. Modal yang belaiau dan istrinya gunakan adalah dengan menjualkan perhiasan 20 gram, yang waktu itu 1 gramnya adalah Rp. 30.000,.
Seperti biasanya beliau perdagangkan tas tersebut keberbagai penjuru desa, serta keramaian. Tak kenal lelah itulah yang terus terukir dan tergambar pada sosok beliau, kemudian pada tahun 1996, Allah memberikan amanat kepada beliau berupa anak laki-laki yang sehat bernama Muhammad Rizqi, dengan harapan anaknya itu bisa menambah rizqi, dan akhlaknya seperti kanjeng nabi Muhammad SAW.
2 tahun kemudian lahirlah anak kedua yang bernama Ubaidillah, dan sekarang biasa dipanggil Norman Wijaya. Hari demi hari terus berlalu, usahanya mulai maju otomatis modalnya sekarang telah bertambah. Hal tersebut mendapat perhatian besar dari saudara dan tetangganya untuk ikut berpartisipasi dalam usaha itu. Akhirnya beberapa saudara dan tetangganya menjadi karyawan, pada tahun 2000 karyawannya mencapai 30 orang, maksud dari karyawan itu adalah meraka mengambil barang dagangan, terus diperjualkan.
Hasil usaha menjadi bos tersebut, adalah beliau dapat membeli motor Astrea, seharga Rp.7.000.000, masih pada tahun 2000 semakin usahanya tambah maju beliau dapat membeli kios seharga Rp. 30.000.000, itu didapatkan dengan menjaual motor Astranya tadi.
1 tahun kemudian beliau mendapatkan uang Rp. 11.000.000 dikarenakan kiosnya yang dipindah tempat. Uang tersebut beliau gunakan untuk membeli sebuah tanah atau kapling yang letaknya didekat persawahan.
Tahun 2003 beliau membangun rumah baru senilai ratusan juta, uang sebanyak itu bukanlah uang yang secara tiba-tiba muncul namun diperlukan keuletan, terus berusaha, cari peluang dan selalu optimis serta tawakal.
Tahun 2004, karyawan bubar dikarenakan banyak yang melakukan korupsi barang yang diperdagangkan hasilnya dibawa lari. Hal ini membuat beliau dan keluarga mengembangkan usahanya sendiri tanpa ada karyawan yaitu mengembangkan usahanya dengan kios barunya itu.
Walaupun usahanya sekarang hanya di kios kecil namun pelangganya sekarang amatlah banyak, banyak yang grosir, tas yang diperdagangngkanpun tas impor, lokal, dompet juga dijual. Sampai sekarang beliau mempunyai 3 anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Punya asset berupa 1 buah mobil, 1 petak sawah, tanah, kendaraan roda dua, dan rumah mewah  serta insyaallah beliau tahun 2017 akan naik haji bersama istri tercinta, beliau sekarang adalah pengurus mushola dekat rumahnya, biasa menjadi imam dan selalu mendidik anak-anaknya agar mandiri, mau kerja keras dan pantang menyerah.

1 comment: